Assalamu'alaikum Wr. Wb.
9. Benfica era Eusebio (1960-1970)
8. Juventus era Giovanni Trappatoni & Marcelo Lippi (1981-2003)
7. Internazionale era Helenio Hererra (1960-1968)
6. Liverpool era Bob Paisley (1974-1983)
5. Bayern Munchen era Udo Lattek (1970-1977)
4. Ajax era Johan Cruyff (1965-1973)
3. AC Milan era Arrigo Sacchi (1987-1991)
2. Real Madrid era Santiago Bernabeu (1943-1978)
1.Barcelona era Joseph Guardiola (2008-2012)
Itu dia, 10 Klub Sepakbola Terbaik Sepanjang Masa versi FIFA.
Sekian, Terima Kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pada artikel ini, saya akan membahas tentang 10 Klub Sepakbola Terbaik Sepanjang Masa versi FIFA.
Sepakbola sebagai Olahraga paling populer di Dunia telah melahirkan Klub-klub yang berjaya di eranya masing-masing. FIFA sebagai induk Sepakbola Dunia telah lama merilis 10 Klub Sepakbola Terbaik Sepanjang Masa dan berikut saya sajikan:
10. Manchester United era Alex Ferguson (1986-2013)
Manchester United dibawah tangan dingin benar-benar merajai Inggris di era-nya, Meski perlu beberapa tahun untuk membuktikan kelasnya. Bertugas di lebih dari 1000 pertandingan, Ferguson adalah Pelatih Terbaik Sepanjang Sejarah Sepakbola Britania Raya. Dibawah asuhannya, MU berhasil menjadi Tim Inggris Pertama yang berhasil meraih Treble Winner pada tahun 1999. MU berhasil menjadi Raja Sepakbola Inggris dengan menyalip perolehan Trofi terbanyak Liverpool FC dengan mengumpulkan 20 trofi. Generasi yang paling Fenomenal adalah "Clash of the '92" yang terdiri dari Ryan Giggs, David Beckham, dll. Total trofi MU bersama dengan Ferguson adalah 13 gelar English Premier League, 5 FA Cup, 2 UEFA Champions League, dan berbagai gelar lainnya.
9. Benfica era Eusebio (1960-1970)
Benfica adalah tim pertama yang menghentikan dominasi Real Madrid di awal European Cup. Setelah memenangkan dua European Cup berturut-turut melawan FC Barcelona (1961) dan Real Madrid (1962). Itu adalah kali terakhir Benfica memenangkan kompetisi Internasional. Selama dekade ini, Benfica mencapai Final European Cup tiga kali, tetapi mereka gagal meraihnya, setelah kalah melawan Milan (1963), Internazionale (1965), dan Manchester United (1968). Pada tahun 1968, Benfica dianggap sebagai tim terbaik Eropa oleh Sepakbola Perancis, meskipun kalah di European Cup. Banyak keberhasilan di tahun 1960-an dicapai berkat bintang mereka Eusebio. Bahkan, tahun 1960-an adalah periode terbaik sejarah Benfica, di mana mereka memenangkan delapan trofi Primeira Liga (1960, 1961, 1963, 1964, 1965, 1967, 1968, dan 1969), tiga Taca de Portugal (1961, 1964, dan 1969), dan dua European Cup (1961 dan 1962).
8. Juventus era Giovanni Trappatoni & Marcelo Lippi (1981-2003)
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Serie-A porak poranda di 1980-an. Juventus sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Serie-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam Timnas Italia yang menjuarai FIFA World Cup 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juventus kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982 ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini, Juventus difavoritkan di musim 1982-83. Namun, mereka hanya bisa memenangkan Copa Italia & Intercontinental Cup. Musim berikutnya, Juventus berkonsentrasi penuh disemua kompetisi yang mereka ikuti. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juventus merengkuh gelar Serie-A & UEFA Winner Cup.
Setelah era Trapattoni berakhir, Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95. Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Serie-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95 dan UEFA Champions League. Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Alessandro Del Piero, Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juventus kembali memenangi Serie-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga UEFA Super Cup 1996 dan Intercontinental Cup 1996. Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001 dan membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia sulap menjadi pemain hebat, di antaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel NedvÄ›d dan Lilian Thuram, dimana para pemain tersebut membantu Juventus kembali memenangi dua gelar Serie-A di musim 2001-02 dan 2002-03. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer Timnas Italia dan berhasil membawa anak asuhnya Juara FIFA World Cup 2006, dan mengakhiri eranya kejayaan Juventus di era 1980an & awal 2000an.
7. Internazionale era Helenio Hererra (1960-1968)
Setelah masa Perang Dunia II, Inter memenangi gelar Serie-A yang ketujuh di tahun 1953-1954. Setelah memenangi beberapa trofi ini, Inter memasuki masa keemasan mereka yang disebut "La Grande Inter". Selama masa keemasan mereka, dibawah asuhan Pelatih Helenio Herrera, Inter memenangkan tiga trofi di tahun 1963, 1965, dan 1966. Pada waktu ini, Inter juga terkenal dengan kemenangan European Cup dua kali berturut-turut. Di tahun 1963, Inter memenangkan trofi European Cup mereka setelah mengalahkan klub terkenal Real Madrid. Musim selanjutnya, bermain di kandang mereka sendiri, Inter memenangkan trofi European Cup untuk kedua kalinya setelah mengalahkan klub dari Portugal, Benfica. Taktik yang dipakai Hererra saat itu adalah formasi bertahan yang dikenal sebagai Cattenaccio dan sangat melegenda.
6. Liverpool era Bob Paisley (1974-1983)
Kejayaan Liverpool adalah saat bersama Bob Paisley yang pada saat itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974 sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, beliau memberikan total 21 trofi, termasuk 3 European Cup, 1 UEFA Cup, 6 juara Football League First Division dan 3 Football League Cup secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley termasuk dalam manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat bagi siapapun penerusnya.
5. Bayern Munchen era Udo Lattek (1970-1977)
Udo Lattek mengambil alih pada tahun 1970. Setelah memenangkan piala di musim pertamanya, Lattek memimpin Bayern menjadi juara untuk ketiga kalinya di Bundesliga. Pertandingan penentuan dalam musim 1971-72 melawan Schalke 04 adalah pertandingan pertama distadion baru Olimpiade, dan juga pertandingan yang disiarkan live pertama dalam sejarah Bundesliga. Bayern mengalahkan Schalke 5-1 dan dengan demikian merebut gelar, juga termasuk beberapa catatan, yaitu poin yang diperoleh dan produktifitas gol. Bayern juga memenangi dua kejuaraan berikutnya, tetapi puncaknya adalah kemenangan mereka di Final European Cup melawan Atletico Madrid, Bayern menang 4-0 yang setelah Replay Match. Selama tahun-tahun berikutnya tim ini tidak berhasil dalam negeri, tetapi mereka bisa mempertahankan gelar Eropa mereka dengan mengalahkan Leeds United di akhir ketika gol kemenangan Müller mengakhiri laga. Setahun kemudian di Glasgow, AS Saint-Étienne yang dikalahkan oleh gol Roth dan Bayern menjadi klub ketiga yang memenangkan trofi dalam tiga tahun berturut-turut dan berhak mendapat lencana kehormatan UEFA. Trofi akhir dimenangkan oleh Bayern di era ini adalah Intercontinental Cup, di mana mereka mengalahkan klub Brazil Cruzeiro. Pemain kunci dari kesuksesan Bayern adalah Pemain-pemain yang mengantarkan Timnas Jerman menjuarai FIFA World Cup 1974 yakni Franz Beckenbauer, Gerd Muller, Sepp Maier, dll. Tak salah memang bila mereka dijuluki Raksasa dari Bavarian.
4. Ajax era Johan Cruyff (1965-1973)
Ajax salah satu klub paling sukses di dunia menurut FIFA. Klub ini salah satu dari lima tim yang telah mendapatkan hak untuk menjaga European Cup dan mengenakan lencana kehormatan UEFA, karena mereka menang berturut-turut di 1971-1973. Pada tahun 1972, mereka berhasil meraih "Treble Winner" dengan memenangkan Eredivisie, KNVB Beker, dan European Cup. Mereka juga salah satu dari tiga tim yang memenangkan Treble dan Intercontinental Cup pada musim yang sama. Hal ini dicapai pada musim 1971-72. Ajax, Juventus dan Bayern Munich adalah tiga klub yang telah memenangkan semua tiga kompetisi besar UEFA. Bersama Cruyff, mereka adalah klub yang disegani dieranya, selain sederet trofi, mereka juga memainkan sepakbola menyerang yg disebut Total Football dan masih dikenang sampai sekarang.
3. AC Milan era Arrigo Sacchi (1987-1991)
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986, Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, yaitu Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Dibawah kepelatihan Sacchi, Milan bermain berbeda dengan tim-tim Italia lain, dengan mengambil gaya bermain Brazil saat memenangkan FIFA World Cup 1970, dan Ajax di era Total Football Rinus Michels. Dengan meninggalkan pola Man-Marking, menggantinya dengan permainan yang Intensif, Menyerang, dan Pressing ketat, dia merevolusi wajah Sepakbola Italia. Barisan pertahanan Milan saat diisi oleh kuartet "Italian best", di komandoi oleh Franco Baresi dan menampilkan sosok Paolo Maldini muda. Tim ini memenangkan Intercontinental Cup dua kali, dan di Mei 1990, Milan mengalahkan Benfica untuk menjaga trofi tetap bermukim di San Siro, dan menjadi tim terakhir hingga saat ini yang dapat memenangkan European Cup 2 kali berturut-turut.
2. Real Madrid era Santiago Bernabeu (1943-1978)
Santiago
Bernabéu terpilih menjadi presiden Real Madrid tahun 1943. Dibawah
kepemimpinannya, Real Madrid kemudian berhasil membangun Estadio
Santiago Bernabéu Pada 1953, Bernabeu mulai membangun tim dengan cara
mendatangkan pemain-pemain asing, salah satunya adalah Alfredo Di
Stéfano. Pada tahun 1955, berdasar dari ide yang diusulkan oleh jurnalis
olahraga Perancis dan editor dari L'Equipe, Beliau bersama Gabriel
Hanot, Bedrignan, dan Gusztáv Sebes menciptakan sebuah turnamen sepak
bola percobaan dengan mengundang klub-klub terbaik dari seluruh daratan
Eropa. Turnamen ini kemudian menjadi dasar dari UEFA Champions League
yang berlangsung saat ini. Di bawah bimbingan Bernabéu, Real Madrid
memantapkan dirinya sebagai kekuatan utama dalam sepak bola, baik di
Spanyol maupun di Eropa.
Real Madrid memenangkan European Cup lima kali
berturut-turut antara tahun 1956 dan 1960. Setelah itu, Real Madrid
secara permanen diberikan hak untuk memakai lencana kehormatan UEFA.
Real Madrid kemudian memenangkan European Cup untuk keenam kalinya pada
tahun 1966. Pada 1970-an, Real Madrid memenangi La Liga sebanyak 5 kali
disertai 3 kali juara Copa del Rey. Madrid kemudian bermain pada final
UEFA Winners Cup pertamanya pada tahun 1971 namun kalah dari klub
Inggris, Chelsea. Pada tanggal 2 Juli 1978, presiden klub Santiago
Bernabéu meninggal ketika FIFA World Cup sedang berlangsung di
Argentina. FIFA kemudian menetapkan tiga hari berkabung untuk
menghormati dirinya selama turnamen berlangsung. Setiap tahun berikutnya, klub
mengadakan Kejuaraan Trofeo del Santiago Bernabéu sebagai bentuk penghormatan
pada mantan presidennya tersebut.
1.Barcelona era Joseph Guardiola (2008-2012)
Disebut-sebut sebagai Tim Terbaik sepanjang sejarah, bukan hanya karena memenangkan 6 gelar dalam setahun ataupun 2 UEFA Champions League, 3 La Liga, 1 Copa del Rey, 3 Super Copa de Espana, 2 FIFA Club World Cup. Tetapi karena filosofi bermain yg selalu menyerang, Penguasaan Bola hingga 85%, Mayoritas pemain dari tim Junior "Lamasia", serta Messi, Xavi, dan Iniesta yang merupakan peraih 3 besar pemain terbaik FIFA Ballon D'Or. Era keemasan Barcelona dimulai sejak kehadiran Ronaldinho, Eto'o, Daniel Alves, hingga Thiery Henry. Sampai tahun 2008 saat Guardiola diangkat jadi pelatih kepala dari Pelatih Junior. Hingga akhir era Joseph Guardiola, dia telah mempersembahkan 10 Piala bergengsi bagi Barca dalam 4 tahun kepelatihannya. Tak pelak lagi bila FC Barcelona era Joseph Guardiola berada diposisi puncak 10 Klub Terbaik Sepanjang Masa versi FIFA.
Itu dia, 10 Klub Sepakbola Terbaik Sepanjang Masa versi FIFA.
Sekian, Terima Kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Post a Comment